BANGGAIDAERAHNEWS

Pos Bidik Binaan JOB Tomori: Solusi Mengatasi Kebutuhan Pupuk

BANGGAINEWS.COM- Salah satu masalah yang sering dialami petani, adalah kelangkaan pupuk subsidi. Kalaupun bisa mendapatkan pupuk di toko atau kios pengecer, maka harganya sudah pasti mahal, sehingga menambah beban biaya produksi.

Kondisi inipula yang dialami petani di Kecamatan Toili dan Moilong, Kabupaten Banggai. Karena, beberapa tahun lalu muncul gagasan untuk menciptakan pupuk alam dengan memanfaatkan kotoran hewan seperti sapi, demi mengatasi kekurangan pupuk subsidi di lapangan. Masalahnya, untuk membangun sarana pengolahan pupuk alam tersebut, membutuhkan lokasi dan peralatan.

Beruntung, ada seorang pejabat yang pernah menjadi Camat Moilong, Fahmi A Rizal, yang kemudian berinisiatif mendukung upaya petani mengatasi kelangkaan pupuk. Bersama Gendon, seorang penyuluh pertanian di Desa Cendanapura, Kecamatan Toili, Fahmi kemudian menggagas pendirian unit usaha pengolahan pupuk alam dengan memanfaatkan kotoran sapi dan sekam padi.

Fahmi kemudian berinisiatif membuat kelompok permanen, dengan nama Unit Pengolah Pupuk Organik Pos Bidik dengan alamat Desa Cendanapura Kecamatan Toili. Fahmi tak hanya menanggung gagasan, namun ia juga menyediakan tanah pribadinya sebagai lokasi unit pengolahan pupuk organik.

BACA JUGA:   Tanggapan Pemberitaan Media Perihal PT Banggai Energi Utama, Begini Penjelasannya

Fahmi bersama Gendon yang ditemui wartawan, Minggu (1/12/2024) mengatakan, gagasan mengolah limbah organik berawal dari kekurangan pupuk di kalangan petani. Sementara ada potensi yang bisa diolah, yakni kotoran hewan dan sekam. “Kami kemudian menamakan produk ini sebagai Pos Bidik atau kompos bikin hidup lebih baik,” tuturnya.

Pos Bidik ini kemudian mendapatkan dukungan Joint Operating Body Pertamina Medco E&P Tomori Sulawesi (JOB Tomori). Perusahaan hulu migas yang ada di bawah pengawasan SKK Migas ini ternyata cukup responsif, ketika unit pengolahan pupuk organik ini mengajukan permohonan bantuan.

“Awalnya kami bisa memproduksi 170 ton dan dibagikan pada masyarakat. Harapannya, petani lain bisa buat sendiri dan pakai untuk keperluan sendiri,” ujarnya.

Sebelumnya kata dia, belum ada tempat, lalu sempat ada bantuan dari Kementan RI, dan menyusul kemudian akhirnya ada bantuan JOB Tomori untuk produksi pupuk organik itu. Kini, kami sudah bisa produksi 335 ton pupuk organik,” jelas Fahmi yang menjadi pengarah di unit usaha tersebut.

Sementara Gendon, Ketua Unit Usaha Pengolahan Pupuk Organik mengatakan bahwa pupuk organik ini lebih bagus dari pupuk kimia, walaupun memang proses pembuatannya repot.

BACA JUGA:   Komitmen Majukan Pendidikan di Banggai, JOB Tomori Bantu Sarana Pendukung PAUD Sinoro & Karang Anyer

“Namun ini bisa jadi solusi untuk mengatasi kebutuhan pupuk. Harganya untuk 40 kg dijual Rp70 ribu. Kini, kami sudah bermitra dengan Desa Mulyoharjo dan Karanganyer,” kata dia.

Gendon juga sempat mengurai panjang lebar soal produksi pupuk organik, dan manfaatnya untuk pertanian. “Produksi pertanian bisa mencapai 11 ton per hektar, setelah melalui uji coba secara ubin di sawah warga,” jelasnya.

Menariknya kata dia, setelah dipupuk, tanah atau sawah itu bisa tetap subur untuk dua tahun penanaman, sehingga lebih efisien atau menghemat pembiayaan.

Fahmi kembali menambahkan, untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, saat ini ada 45 kepala keluarga sebagai penyedia bahan baku tersebut. Dan pada proses pembuatannya, terdapat 12 orang yang bekerja. Ada juga warga yang membuat arang sekam sebanyak 6 orang.

Fahmi juga menegaskan bahwa Pos Bidik sudah memiliki merk dagang dari Kemenkumham dan saat ini tenga mengurus sertifikasi 9001 untuk persyaratan SNI. Ke depan kata Fahmi, unit pengolahan itu juga akan memproduksi pupuk organik cair.

BACA JUGA:   Lagi, Banggai Raih Penghargaan Bergengsi Indeks Inovasi Daerah Tertinggi se-Sulteng Tahun 2024 oleh Kemendagri RI

Sementara itu Relation Section Head JOB Tomori Ruru Rudianto mengatakan, perusahaan hulu migas itu memberi perhatian penuh pada inovasi yang dibuat masyarakat, guna mengatasi permasalahan yang ada, seperti kelangkaan pupuk.

Karenanya kata dia, pendampingan dan bantuan akan terus diberikan perusahaan terhadap usaha dan inovasi masyarakat seperti petani, demi meningkatkan taraf kehidupan mereka.

“JOB Tomori terus memberi perhatian pada masyarakat, apalagi program pembuatan kompos atau pupuk organik ini, jelas sesuai dengan tekad perusahaan yang menghendaki terwujudnya lingkungan yang lestari. Pembuatan pupuk organik, jelas sangat berwawasan lingkungan,” tegasnya. Kini, limbah seperti kotoran hewan dan sekam, bisa dimanfaatkan demi meningkatkan produktivitas pertanian.

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik: Banggai News