Gas Elpiji 3 Kg di Luwuk Mulai Langka
BANGGAINEWS.COM- Di tengah situasi sulit akhir-akhir ini seiring mewabahnya coronavirus disease-2019 (Covid-19). Permasalahan yang tak kalah seriusnya harus dihadapi warga, khususnya yang berada di dalam kota Luwuk, Kabupaten Banggai. Yaitu menghadapi kelangkaan gas elpiji 3 kilo gram (Kg).
Hal ini salah satunya diungkapkan seorang Ibu Rumah Tangga (IRT) di Kelurahan Simpong, Narti yang kepada awak media ini mengaku, dirinya sudah berkeliling ke beberapa pangkalan gas elpiji untuk menukarkan tabung 3 kg nya yang kosong. Namun, belum kunjung mendapatkan.
“Saya sudah dua hari ini berkeliling ke pangkalan tempat menukar tabung kosong. Tapi belum dapat. Ya terpaksa saya sejak kemarin (Jumat) so beli minyak tanah satu liter untuk kebutuhan masak walaupun harganya mahal, dan paling tiga hari so habis. Mudah-mudahan saja sebelum habis so dapat gas,” kata Narti, Sabtu (11/4/2020).
Hal senada diungkapkan seorang warga lain, Anto. Dimana kata dia, awalnya dia sudah berusaha mencari ke beberapa pangkalan yang biasa menjadi tempat penukaran tabung kosongnya. Akan tetapi, tak dapat karena semua mengaku stok kosong.
“Karena so tiga hari sampai dengan hari ini belum dapat. Kebetulan ada ade di kampung yang kase tau di kampung ada. Tapi harganya sudah Rp 25 ribu kalau mau. Saya pikir asal cuma skali-skali, ya saya so minta dibawakan saja yang penting dapat. Biasanya saya dapat yang cuma Rp 20 ribu,” terangnya kepada awak media ini, Minggu siang kemarin.
Terpisah, seorang pemuda pemilik pangkalan gas elpiji yang tak bersedia dimediakan menyatakan, bahwa stok gas elpijinya memang saat ini sedang kosong akibat belum kunjung ada muncul kembali mobil agen yang mendistribusikan. Padahal memang sudah lewat jadwal atau hari pendistribusian minimal sekali per minggu.
“Cuma sebaiknya ditanyakan langsung ke pihak agen. Salah satunya coba tanya, apakah bos agen tau setiap hari mobil mereka mengantarkan stok ke pangkalan mana saja, dan masing-masing berapa jumlahnya. Jangan sampai dilaporkan anak buah mereka mengantarkan stok ke pangkalan dalam kota, dengan membagi rata stok. Padahal, kenyataannya mereka lari ke luar kota terdekat. Dan menjualnya dengan harga tinggi di atas rata-rata Rp 20 ribu per tabung 3 kilo gram,” ujarnya.
Selain itu, ia juga menambahkan, mestinya pemerintah melalui instansi terkait dapat lebih proaktif melakukan pengawasan terhadap seluruh pemilik agen gas elpiji. Termasuk juga terhadap seluruh pemilik pangkalan. Sehingga, jangan sampai ada yang nakal dengan mencari untung berlebihan di tengah situasi seperti saat ini. Utamanya, dalam pendistribusian gas elpiji 3 kg untuk warga kelas ekonomi bawah.*SOF